Rumah Penyelenggara Upacara Wara |
Ternyata kendala kapal kandas yang kami alami karena air sungai ulu barito yang kecil di Desa Tumpung Lahung kecamatan Mantallat 1 Kabupaten
Barito Utara Kalimantan Tengah dalam beberapa hari ini memberi hikmah tersendiri
bagi kami. Hikmah tersebut adalah kami mendapatkan pengalaman untuk melihat salah
satu dari keragaman budaya bangsa yang selama ini hampir kita tidak pedulikan yaitu tradisi upacara kematian yang di selenggarakan oleh salah satu penganut kepercayaan hindu Kaharingan di desa tumpung lahung.
Lokasi kandasnya
tongkang kami yang berdekatan dengan kampung paring lahung kec Mantallat 1 Barito utara kalimantan tengah
memberi pengalaman tersendiri. Karena hari itu bertepatan di adakanya acara adat dayak
wara. Acara wara ini adalah acara adat
yang sering di lakasanakan oleh warga dusun di kalimantan tengah Khususnya
penganut agama hindu kaharingan, Wara termasuk dalam upacara kematian. Bersama beberapa teman crew kapal kami dan di
dampingi penduduk asli yang juga menjadi service boat kami meluncur menuju kampung paring lahung
tersebut. Dalam tempo waktu 30 menit
perjalanan lewat klotok kami akhirnya
sampai di desa tersebut.
salah satu kelompok perjudian yg merupakan salah satu rangkaian upacara wara |
Ketika sampai di rumah penduduk kami di suguhi
pemandangan yang tidak lazim yaitu sebuah arena
judi yang terdiri hampir 15
kelompok. Ajang dadu itu di ikuti oleh semua lapisan warga desa mulai anak usia empat tahun sampai lanjut usia , baik perempuan maupun laki – laki.
Ketika saya tanya kepada driver service boat kami mengenai ajang judi ini
ternyata itu adalah bagian dari tradisi dalam upacara wara tersebut.
Upacara adat wara
ini mirip dengan acara ngaben yang biasa di adakan di Bali. Upacara ini bagi
penganut agama hindu keharingan di kalimantan tengah merupakan salah satu dari
sekian banyak upacara adat yang memiliki nilai ritual dan sakral yang sangat
tinggi, khususnya upacara adat kematian.Di Blog ini akan
sedikit saya ulas tentang seluk beluk upacara wara ini dari beberapa sumber.
Masyarakat dayak membedakan manusia dalam tiga dimensi siklus. Yaitu siklus
manusia sebelum lahir, siklus manusia setelah lahir yang dinamakan alam kehidupan ( duni ) dan
siklus setelah kehidupan ( alam
surga ). Ketiga siklus ini di tandai
dengan beberapa acara adat. Salah satunya adalah adat wara ini yang akan saya
share ke teman – teman semua.
Menurut kepercayaan
Masyarakat dayak yang memeluk kepercayaan keharingan, Upacara ini memiliki
nilai ritual tertinggi di banding acara adat lainnya. Dalam uapacara ini roh
yang sebelumnya menunggu di gunung lumut salah satu tempat yang di anggap
sakral oleh masyarakat dayak di pedalaman sungai tewei ( teweh ) di panggil
lagi untuk menerima sesajen dan pencucian sebelum di anatar ke syurga loka (
tempat suci ).
Wara merupakan
ritual dalam rangka membagikan bagian harta benda kepada arwah kakek , nenek ,
orang
tua, atau saudara dari keluarga – keluarga penyelenggara wara yang telah
meninggal satu atau dua tahun yang lalu. Pembagian harta benda tersebut di
lambangkan dalam bentu sesajen berupa makanan dan minuman sesuai makanan
kebiasaan arwah semasa masih hidup dulu. Wara biasanya berlangsung tujuh hari
tujuh malam.
Upacara wara di
pimpin oleh wadian wara yang berperan sebagai penghubung antara manusia dengan
arwah. Wadian wara di bantu oleh pelayan – pelayan yang di sebut Pengading.
Mereka melakukan upacara – demi upacara di antara rangkaian upacara wara ini.
Prosesi Jalannya
upacara adat wara ini yang pertama adalah ngamaner
wara artinya menyerahkan segala
sesuatu yang berhubungan roh yang di upacarai kepada wadian wara. Pada hari
kedua dan ketiga adalah keluarga penyelenggara menerima tamu baik dari desa
sendiri maupun desa di sekitarnya, atau tokoh – tokoh masyarakat. Acara keempat
acara babea – babea yakni acara membuat ansak berupa anyaman bambu sedemikian
rupa sebanyak arwah yang di upacarai wara, untuk tempat sesaji.
newek karewau / menusuk kerbau baju merah adalah para exsekutor |
Hari kelima
adalah acara newek karewau atau acara penusukan kerbau yang merupakan acara
klimaks dari rentetan upacara ini. Penusukan kerbau di lakukan oleh petugas
dari keluarga – keluarga yang di upacarai dengan di tusuk menggunakan lading
atau badik atau pisau lancip sedang kerbau di ikat pada pantagor yakni patung
arwah yang di upacarai yang terbuat dari kayu ulin setingi lebih kurang 3 meter
yang di tancapkan di tanah lapang. Begitu menarinya acara ini biasanya yang datang bukan hanya dari satu
desa atau atau desa tetangga. Tak jarang masyarakat dari kabupaten lain jg
berbondong mengirimkan wakilnya untuk ikut adu keberanian menikam kerbau.
Kalau saya lihat
acara ini mirip matador. Hanya bedanya klo matador tidak menyakiti bantengnya
tapi kalu ini petugas penusuk kerbau membuat formasi lingkaran dan menusuk
kerbau sekenaknya ketika kerbau yang di ikatnya itu melewati depannya. Dalam
pelaksanaan upacara adat ini lumayan mengandung resiko yang membahayakan baik
bagi petugas penusuk kerbau maupun pengunjung yang meliahatnya. Untuk itu harus
serba hati – hati dan waspada karena pemangku adat hanya mengganti dengan
sebuah piring putih porselen apabila terjadi kecelakaan baik cidera ringan
maupun kecelkaan yang bisa menyebabkan kematian.
kuburan atau tempat menaruh kerangka para leluhurnya |
Selesai acara
pembunuhan kerbau di lanjutkan dengan memasak dan makan bersama tamu undangan.
Sesaji yang telah di taruh di ansak sepoerti yang tersebut di atas dan benda
lain di antar kekuburan pada hari keenam. Perkuburan tempat bersemayam nya
tulang – tulang nenek moyang kaum keluarga dayak dusun kalahien di sebut si’at
yang rata – rata di beri atap dengan 4 tiang penyangga dan di akhiri dengan
pelepasan alibat ( rakit Bambu ) yang melukiskan kepergian roh menuju lewu
tatau ( surga ) Pada hari ketujuh.
Upacara
adat wara dari hari ke pertama sampai hari ke lima biasanya di selingi dengan
ritual acara judi dan sambung ayam ala
liau ( roh yang telah meninggal ) antara manusia dengan roh yang telah
meninggal dunia serta permainan tinak santukep. Perlambang antara agar roh
mendapatkan kemakmuran di lewu tatau ( surga ).
Demikian Para pembaca setia blog ini semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita dan dapat mempertebal kecintaan kita atas keragaman budaya bangsa kita .
salam
2 comments:
saya orang tumpung laung bang :)
bearti waktu wara kemarin kamu ada ya? aku temennya yusuf, aceng, dan athong..
Post a Comment