Wednesday, June 29, 2011

MEMBEDAH TB. ATLANTIC STAR 09 DALAM PROSPEKTUS KESELAMATAN KERJA DI LAUT DAN KESELAMATAN BERLAYAR

PENDAHULUAN

TB. Atlantic Star 09 kapal tunda yang berbobot mati 176 GT register samarinda mengelitik saya untuk membuat tulisan ini karena saya sedikit heran di tengah gencarnya pemerintah menganjurkan dan membuat regulasi yang sangat menguntungkan pengusaha kapal dan karyawannya tentang keselamatan kerja di laut  dan keselamatan berlayar  masih saja ada kapal yang laik laut  tetapi dengan standar keselamatan kapal tidak terpenuhi sama sekali.

TB. Atlantik Star 09 kapal yang di bangun tahun 2001 dengan kekuatan mesin 700 HP tentu tidak sebanding dengan berat kotor kapal 176 GT dan tongkang yang di tariknya dengan  ukuran 250 feet [4010 GT] sehingga dalam operasionalnya kapal ini selalu di bantu dan di dampingi oleh TB SELAR yang berbobot mati 24 GT. Kapal  ini sangat minim bahkan nyaris tidak ada kita temukan alat - alat keselamatan kapal. Hal inilah yang akan saya coba untuk saya bedah dan telaah agar bisa menjadi perhatian kita semua.

TUJUAN DARI PENULIS

Tujuan saya membuat tulisan ini bukan untuk mengupas kekurangan kapal TB. Atlantic Star 09 namun agar menjadikan perhatian kita bahwa keselamatan kerja di laut itu sangat penting bagi pelaut maupun pemilik kapal. Keluarga kita di rumah tentu sangat mengharapkan sekali kita pulang bekerja dari laut dengan keadaan aman dan selamat tanpa kurang sedikit apapun. Begitu juga pemilik kapal selain mengharap keuntungan tentu juga sangat berharap kapalnya aman dari musibah sehingga tidak menimbulkan kerugian sedikitpun.

Sebenarnya tujuan utama kita adalah menciptakan harmonisasi yang saling menguntungkan antara pemilik kapal dan awak kapal yang sudah di atur dalam UU pelayaran RI tahun 2008 maupun  peraturan IMO dan peraturan – peraturan pendukung lainnya yang bertujuan untuk memjaga keselamatan jiwa di atas kapal, keselamatan lingkungan di sekitar dan keselamatan aset tentunya.

Di sini peran pemerintah sudah cukup dalam membuat regulasi ini, mungkin yang agak kurang adalah sistem pengawasannya  terutama pada level di bawah. Petugas yang mengeluarkan surat lait laut harus tegas dan tidak mudah di ajak kompromi. Kapal yang sebenarnya tidak mencukupi syarat untuk kelaikan berlayar tentunya tidak mendapat surat laik layar. Sehingga dapat mengantisipasi kemungkinan akibat fatal yang terjadi ketika kapal berlayar.

Selain peran obligator yang tidak kalah penting tentunya peran pemilik kapal dalam menciptakan sarana dan prasarana yang bisa menunjang terpenuhinya syarat laik layar sebuah kapal .Sangat di harapkan di sini tentunya juga bukan sekedar hanya akal akalan pemilik saja sehingga menghalalkan cara untuk mendapatkan surat laik layar. Karena sudah bukan menjadi rahasia umum lagi kebiasaan pemilik kapal menggunakan sistem pinjam saja dari kapal lainnya alat keselamatan kapal yang di perlukan di atas kapal ketika pihak syahbandar memeriksa kapal setelah petugas pemeriksa itu pergi maka alat – alat keselamatan itupun di kembalikan ke kapal asalnya dan praktek - praktek kolusi lainnya seperti uang amplop ke pemeriksa untuk sekedar mendapatkan surat laik layar.

Ketika pemerintah dan pemilik kapal berjalan baik, peran awak kapal juga sangat penting dalam mewujudkan keselamatan kerja di atas kapal  bahkan mereka menjadi ujung tombaknya. Awak kapal yang terampil dan mempunyai skill yang cakap  serta management keselamatan yang mumpuni dalam pencegahan maupun penangulangan terjadinya musibah, dapat  meminimalkan kerugian yang di alami. Baik kerugian jiwa maupun aset serta kerugian atas lingkungan hidup sekitarnya.

Jadi disini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa peran pemerintah [ regulator ] , pemilik kapal dan awak kapal yang terampil merupakan satu rangkaian yang tidak bisa di pisahkan dan  berperan penting dalam menciptakan keselamatan kerja di laut , keselamatan layar sebuah kapal dan  keselamatan lingkungan sekitar.

TB. ATLANTIC STAR 09 ANTARA PERATURAN DAN KENYATAAN

TB. Atlantic Star 09. kesan yang kita dapat dari namanya tentu kapal yang serba modern dengan peralatan navigasi dan peralatan keselamatan kerja di laut yang lumayan lengkap namun kenyataan yang kita dapatkan adalah kapal yang sangat minim sekali alat keselamatan berlayar maupun alat keselamatan awak kapalnya.

Setiap kita joint dan mendapat mutasi kerja di sebuah kapal tentu hal yang kita lakukan pertama kali adalah familisasi alat keselamatan kapal.  Baik peralatan penunjang  untuk keselamatan maupun akses  menuju ke muster point atau jalan menuju ke life raft atau paling tidak mempelajarinya dengan cara membaca fire plan poster yang ada. Fire plan poster yang biasanya ada di tempat stategis misalnya di saloon , anjungan maupun yang di letakan di dinding luar kapal. Namun jangan harap semua itu ada di TB. Atlantic Star 09. Kapal ini tidak di lengkapi sarana penujuk arah untuk menuju ke muster point bahkan lokasi muster pointnya pun kita tidak tahu. Memasuki kapal atlantic star 09 seperti memasuki kapal yang beroperasi jauh sebelum abad 21.
Kapal yang mempunyai klasifikasi dari BKI ini tidak kita temui prosedur tanggap darurat  yang baku baik yang di bikin nahkoda maupun owner  yang sesuai dengan apa yang ada di dalam  ISM code. Baik prosedur tentang tanggap darurat orang jatuh di laut, kebakaran , kapal kandas maupun saat meninggalkan kapal semua tidak kita temui di atas kapal. Ketika salah satu abk saya tanya tetang itu mereka jawab tidak ada dan saya tanya lagi bagaimana prosedur meninggalkan kapal ?  Sebagian besar dari mereka menjawab cari selamat masing – masing dan siapa yang cepat dapat pelampung maka dia selamat… ironis memang! di jaman yang sedang giat – giatnya membentuk profesional pelaut tapi peraturan tentang keselamatan kerja di laut saja di abaikan.

Selain tidak kita temui prosedur tanggap darurat TB Atlantic Star 09 juga tidak di lengkapi dengan  instalasi pemadam kebakaran [ fire hidrant] sama sekali. bahkan kran air untuk sekedar cuci tangan di luar saja tidak ada, apa lagi water eyes wash. tidak bisa membayangkan bagaimana cara apabila salah satu ABK ada yang terkena musibah  matanya kena debu atau kotoran batu bara tentu susah untuk mencari pertolongan pertama.

Ruang pantri. Letak tabung elpiji di atas kompor tentu sangat rawan terjadinya kebakaran  di tambah tidak adanya tabung pemadam kebakaran

Kembali ke masalah fire hidrant. Fungsi fire hidrant tentu sangat penting dalam menanggulangi bahaya kebakaran di atas kapal. Baik di kapal sendiri maupun membantu kapal lain terutama kebakaran dengan skala besar.

Jangankan Fire Hidrant di TB. Atlantic Star 09 ini  tabung pemadam portable juga tidak saya temui. Baik di tempat strategis seperti kamar mesin, dapur maupun kabin ABK. Ketika penulis tanya keberadaan tabung pemadam tersebut katanya ada tapi mereka tidak tahu dimana tersimpan kata mereka semua di simpan oleh nahkoda dan mereka tidak tahu di mana tempat penyimpanannya . Inilah yang membuat kita heran . Tabung pemadam adalah alat paling ampuh untuk mencegah timbulnya kebakaran di kapal.

Tidak adanya instalasi Co2 yang permanent dan instalasi fire hidrant/ pompa pemadam kebakaran dan tabung pemadam di sebuah kapal tentunya sangat membahayakan para awak kapal bila terjadi bahaya kebakaran di atas kapal. Apalagi ketika saya lihat  sarana untuk bertahan hidup di laut bila kita harus meninggalkan kapal (abandon ship) juga sungguh memprihatinkan  life jacket standar solas tidak saya temui yang ada hanya 8 biji work vest. Padahal sesuai aturan yang berlaku jumlah baju pelampung harus satu setengah kali jumlah Abk.

Life raft  bila kita lihat kesannya seperti di taruh begitu saja tidak ada akses untuk langsung jatuh ke laut karena terhalang oleh relling kapal. Jadi cara merelease life raft harus di angkat dulu melalui relling baru di jatuhkan  ke laut. Di situ saya tidak menemukan hidro stastis release bahkan hanya di taruh begitu saja.

 Life raft yang letaknya terhalang oleh relling dan ring buoy

Inilah hal sepele yang mungkin tidak terpikir oleh nahkoda. Akibat yang akan di timbulkan ketika kapal dalam keadaan abandon ship.

Di dalam kemasan  life raftpun tidak ada stiker petunjuk cara merelease yang benar bahkan tali penahan life raft pun di biarkan menjulai tanpa di ikatkan. Sungguh- sungguh asal taruh begitu saja.

Selain letak life raft yang tidak sempurna keberadaan ring buoy sangat memprihatinkan. Ring buoy yang seharusnya tidak  layak pakai  tetapi masih gunakan. Kalau di lihat fisiknya yang sudah rusak ada sebagian pecah kemudian di cat ulang.  Tali dan lampu isyarat ring buoy juga tidak ada di situ. Jumlahnya ada 4 biji semua tanpa di lengapi tali, lampu isyarat dan stiker isyarat. Letaknya semua di deck dua. Dan kesannya hanya untuk pantas – pantasan saja, saya yakin bahwa ring buoy ini tidak bisa maksimal di gunakannya.

Kadang sambil gurau saya bertanya kepada sebagian besar ABK kapal ini apa fungsi ring buoy,  cara penggunaannya terus cara menolong orang jatuh di laut ( man over boat) sebagian besar mengatakan tidak tahu malah ada yang menjawab dengan extrime kalo ada yang jatuh di laut ya kita tolong dengan kita yang pintar berenang menjebur kemudian menolong dia dengan cara membuat korban pingsan dulu. Baru diangkat ke kapal. Sungguh miris mendengarnya.

Selain peralatan yang tidak memadai ternyata pengetahuan awak kapalpun kurang. Ketika penulis satu bulan berada atas di kapal ini penulis tidak pernah melihat ada meeting atau safety drill untuk sekedar menyegarkan ingatan para ABK tentang basic penyelamatan diri di atas kapal karena saya yakin semua ABK di sini pasti sudah memiliki basic safety training.


ring buoy yang tidak layak pakai, tidak ada tali
Lampu isyarat maupun stiker isyarat

Di kapal yang yang lumayan besar untuk ukuran tug boat  Ini ternyata juga tidak di lengkapi alat navigasi yang memadai. Yang ada hanya GPS dan kompas saja. Kompasnya pun tanpa ada magnitnya sehingga nilai errornya menyimpang lebih dari 15 derajat di bandung dengan GPS. Ketika penulis pertama kali ke sini dan membuka GPS ternyata tidak tersimpan track route yang pernah di buat dan ketika penulis tanya kepada juru mudi apakah kalau berlayar mengunakan track di GPS mereka mengatakan tidak pernah selama ini kalo berlayar masih menggunakan cara tradisional yaitu mengikuti haluan yang di dapat dari baringan. Sah – sah saja sebenarnya mengunakan cara manual tetapi karena di sini ada GPS kenapa tidak di gunakan. Desas desus dari beberapa juru mudi ternyata nahkoda tidak bisa mengunakan GPS tersebut.

Satu – satunya alat yang sangat berguna di sini hanya GPS karena kompas yang ada ternyata tingkat akurasinya kecil sekali.  Tabel deviasi juga tidak ada saya lihat  di ajungan kapal ini, namun sayangnya tidak di gunakan secara maksimal.

Radar juga tidak ada di kapal ini sungguh memprihatinkan kapal yang menarik tongkang batubara 250 feet dan sering melewati alur pelayaran ramai namun alat bantu navigasi radarpun tidak ada. Saya jadi heran bagaimana kapal ini mendapat sertificate laik layar. Bukankah dengan tidak adanya radar dalam pelayaran malam hari apalagi cuaca tidak mendukung sangat membahayakan pelayaran kapal kita maupun kapal orang lain ?

Ketika penulis ikut berlayar di malam hari dan tidak mengunakan radar nahkoda bingung untuk masuk di muara cerocok karena mulut muara dan pinggiran daratan tidak tertembus oleh teropong maupun mata telanjang. Dan akhirnya kapalpun kandas karena mengambil alur yang salah.
anjungan alat bantu navigasi yang ada cuma GPS

Bicara kekurangan dalam hal perlengkapan alat keselamatan berlayar maupun alat keselamatan di atas kapal pada kapal ini sangatlah banyak. Hal yang crusial saja tidak lengkap atau nyaris tidak ada apalagi hal – hal yang sepele. Semacam klason, alarm, lonceng, life. Termometer, barometer, pressure speed indicator, radder indicator, saving equitment dan masih banyak yang lainnya. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana cara ABK untuk bisa bertahan hidup di laut (sea survival) apabila alat – alat keselamatan yang seharusnya ada sesuai peraturan yang berlaku ternyata semua itu tidak ada atau ada tapi tidak bisa di gunakan secara maksimal.


PENUTUP
Inilah tulisan ringan membedah tb atlantik star 09 dalam propektus keselamatan kerja di laut dan keselamatan berlayar. Kenapa saya memilih TB, Altlantik Star 09 untuk bahan tulisan ini. Yang pertama adalah saya mempunyai kesempatan dan kemudahan untuk sedikit meneliti dan mengamati kapal ini langsung dari dalam selama satu bulan. Yang kedua adalah TB.Atlantik star 09 salah satu dari kebanyakan kapal buatan samarinda dan ini merupakan contoh nyata dari kapal yang di buat tanpa memasukan unsur keselamatan jiwa dan keselamatan berlayar.

Semoga tulisan ringan saya ini bisa menjadikan koreksi bagi semua pihak bahwa keselamatan kerja di laut maupun keselamatan belayar sebuah kapal adalah harga mati yang tidak boleh di kesampingkan. Karena dengan mengutamakan keselamatan inilah semua untung akan kita dapatkan.

SHIP PARTICULAR

Karena di kapal ini saya tidak menemukan ship particular maka ini saya akan buatkan sedikit ship particular berdasarkan pengamatan saya.

Nama Kapal       : TB. Atlantic Star 09
Call Sign             : -----------
General Description
Type Tug Boat
Flag Indonesian
Year built 2001

Principal Dimentions
Length Overall (m) 25.40
Breadth (m)  6.m
Depth Main Deck (m) 3.65m
Operating Draft (m) 3.00m
Gross Tonnage (t) 176 t
Transit Speed (knots) 5-7 knot

Navigation
Compass Standar Compass
Radar --------- none
SSB ----------- none
Vhf Radio Icom IC-M45, Icom IC-V80
GPS Furuno GP32
Echo Sounder ------ none
Navtex ---------------none
Sattelit Phone Acess Sat-Phone

Power and Propulsion
Main Engines
2 Unit Nissan  Diesel
Type
Power (kW) 350 HP dan
Generators   
 2 Domping
Type
Power (kW)
Deck Equipment
Life Raft 2 Unit Capacity  10 Person
Ancor 1 Unit Broken (not funsion)
Towing Hock 1 Unit permanent ( not
OBS.... none
Unit Permanent Co2 ---- none

Fire Fighting Engine And Pump
(None / instalation)
Steering .... non merk

Capacities
Fuel Oil (l) 45.000 liter
Fresh Water (l) 58.500 liter
Ballast Water (l) 4000 liter

Inilah hasil ship particular yang saya buat dengan bersumber dari para perwira mesin di TB. Atlantik Star 09 karena untuk menemukan dokumen yang otentik yang berkaitan dengan apa – apa yang biasa di tulis di ship particular penulis tidak menemukannya.

Dan dari pengamatan penulis, inilah beberapa peralatan keselamatan  yang tidak penulis temui TB. Atlantic Star 09.
1.      Smoke detector
2.      Alarm
3.      General Alarm
4.      Work vest
5.      Baju Pelampung/ life jacket
6.      Co2 instalasi system
7.      Emergency Stop ME in bridge
8.      Emergency Stop AE/ME
9.      Emergency stop Fire
10.  Emergency Light
11.  Emergency Exit poster
12.  Fire Hidrant and Fire hose
13.  Tabung Pemadam
14.  Klason 
14. smoke signal, parasut signal
dan masih banyak yang lainnya.
d

No comments: