Pelayaran yang
sudah di rencanakan dengan seksama ternyata ada hambatan yang sebenarnya tidak
perlu terjadi.. Hambatan itu adalah di saat Pelayaran yang baru berjalan 58 mil
laut dari muara dan ombak yang tinggi kedua main engine kapal kami tiba–tiba black out.. Tongkang yang kami
tarikpun hanyut terombag – ambing oleh ombak dan hampir menyeruduk kapal kami.
Selama lebih 20 menit Tug Boat kami mengapung – apung di laut, hingga akhirnya orang mesin bisa memperbaikinya dan menyalakan kembali kedua main engine tersebut.
Selama lebih 20 menit Tug Boat kami mengapung – apung di laut, hingga akhirnya orang mesin bisa memperbaikinya dan menyalakan kembali kedua main engine tersebut.
Kejadian mati main engine
tersebut sempat terjadi tiga kali dalam kurun waktu enam jam. Usut punya usut ternyata rakornya
kotor dan buntu oleh kotoran minyak sehingga
aliran minyak ke mesin berhenti dan mengakibatkan mesin black out. Kotoran – kotoran minyak yang masuk di rakor tersebut terjadi karena tangki harian ( daily tank )
kotor dan terkena goyangan ombak sehingga kotorannya keluar semua dan mengalirkan minyak yang kotor ke dalam
rakor. Akhirnya di ambil solusi
untuk mengganti rakor setiap jam dalam pelayaran. Alkamdulilah stock rakor kami banyak sehingga tidak ada kendala. Setelah ombak agak reda pergantian rakor menjadi empat jam sekali dan
hingga sekarang bisa bertahan satu hari sekali.... alkamdulilah artinya
pelayaran kami aman.
Kejadian seperti ini
mungkin bisa di antisipasi kalau saja kita menerapkan sistem perawatan
yang terencana. Kapal dapat laik layar membutuhkan perawatan dan perbaikan terutama mesin –
mesin, lambung kapal, tanki – tangki, alat navigasi dll agar kapal berlayar
dengan aman di lautan. Mesin – mesin
berjalan lancar dan tahan lama meski kondisi cuaca yang buruk. Dengan kata lain
perawatan adalah salah satu hal yang penting
untuk menunjang kelancaran beroperasinya dan kinerja kapal montor.
Perawatan adalah
suatu pekerjaan yang rutin wajib di laksanakan baik kapal dalam keadaan
berjalan maupun standby. Perawatan kapal dapat di artikan sebagai suatu usaha mencegah terjadinya
kerusakan dan mengembangkan pada
kondisi yang lebih baik. Pekerjaan perbaikan kapal di butuhkan
apabila ada kerusakan yang terjadi baik
di sebabkan oleh faktor usia suatu peralatan / kapal maupun faktor lainnya
sehingga menyebabkan berkurangnya kemampuan kapal.
IMO (
international Maritime Organization ) Sebagai salah satu badan PBB ( Perserikatan Bangsa Bangsa ) Mengingatkan bahwa betapa pentingnya suatu manajement yang baik dan baku bagi
kapal – kapal untuk menghindari adanya
kecelakaan , pencemaran dan resiko di laut lainnya. Maka untuk
masalah pelayaran dan aspek –
aspeknya IMO
menyusun dan menetapkan suatu kode management yang bersifat internasional yang kita kenal
ISM Code ( Internasional Safety Management Code ) . ISM Code adalah kode
internasional mengenai manajemen yang baku dan baik untuk pengoperasian kapal
secara aman , pencegahan kecelakaan manusia
atau kehilangan jiwa serta kerusakan
lingkungan di laut.
Dulu, Kata Capt Sukirno MMar salah satu tutor kami di
BP3IP sewaktu kami ikut dalam kelas ISM
code, Sebelum ada ISM Code perawatan kapal maupun prosedur keselamatan di atas
kapal menggunakan cara berdasarkan pengalaman dan tingkat pendidikan Nakhoda dan
Kepala Kamar Mesin ( KKM ) masing – masing kapal . Bahkan mereka masih sering
memakai cara yang tradisional dan cenderung primordial sesuai daerah asal dari
nakhoda dan KKM tersebut.. Untuk itu jangan heran setiap pergantian Nakhoda dan
KKM maka tata cara dan prosedur mengenai perawatan maupun keselamatan di atas
kapal sering berubah – rubah sesuai isi kepala mereka masing – masing.
Sudah seharusnya
dengan di berlakukannya ISM code Bagi negara – negara yang sudah meratifikasi ketetapan
rosulusi IMO No. A.714 ( 16 ) Pada Tanggal 4 November 1993
dan bersifat wajib ( mandatory ) dengan
di berlakunya Bab IX Konvensi SOLAS 1974 pada Mei 1994 termasuk indonesia yang sudah
merativikasi ISM code melalui SK DIRJEN HUBLA No. PY.67 / 1 / 6-96 Pada tanggal
12 Juli 1996 untuk meninggalkan cara –
cara konvensional yang cenderung primordial dalam melakukan prosedur perawatan kapal
maupun alat keselamatan kapal. Kita harus mulai mengunakan aturan dan tata cara (
prosedur ) yang tersusun dalam ISM Code tersebut agar terjadi keselarasan
antara aturan satu kapal dengan kapal
lainnya dan antara crew..
Di harapkan
dengan adanya ISM Code akan ada suatu keseragaman manajemen sebagai standar
pengoperasian kapal secara
internasioanal karena dalam ISM Code ( As amanded in 2002 elemen 1.4 )
dinyatakan bahwa setiap perusahaan pelayaran terus membuat suatu sistem
manajemen keselamatan ( SMS ) yang berguna dan menjadi standarisasi dalam
perawatan kapal, keselamatan manusia di laut dan pencegahan pencemaran di laut.
ISM Code sendiri
terdiri dari 2 Bab dan 16 elemen yang
salah satunya adalah elemen 10 yang membahas tentang pemeliharaan kapal dan perlengkapannya. PMS ( Plan Mantenance System
) di sebut dalam elemen 10.1 ISM Code ( ISM code AS amanded 2002 elemen 10.1 )
Bahwa item – item yang harus ada di dalam prosedur rencana pemeliharaan kapal
dan perlengkapannya ( PMS ) adalah
- Hull and Superstucture steelwork
- Safety, fire fighting and anti pollution equipment
- Navigasi Equipment
- Steering gear
- Anchoring and mooring equipment
- Main Engine And auxiliary Engine
- Pipe And Valve
- Innerting System
- Bilge And Balast Pumping And Saparator system
- Comunication Equipment
- Waste disposal Equipment
- Fire, Gas And Head detection System
- Towing Equipment
Jelas sekali bahwa
nantinya dengan adanya Plan Mantenance System ( PMS ) akan membuat pemeliharaan
dan perawatan terhadap semua jenis peralatan di atas kapal menjadi lebih
terarah dan terencana. Kelancaran dan suksesnya Plan Mantenance System tentu
perlu adanya dukungan perusahaan sebagai pemilik kapal dan tenaga crew kapal
yang handal dan konsisten menjalankan Plan Mantenace system ( PMS ) tersebut.
Pelaksanakan PMS
dengan konsisten Bisa mendapatkan beberapa keuntungan di antaranya adalah :
- Dengan Mencatat serta menandatangani data perawatan dan perbaikan dan di simpan dengan baik di arsip Kapal, semua ( mekanik darat, Tehknical Officer ) dapat mengetahui dengan jelas kronologi kondisi semua mesin dan perawatan lainnya.
- Mempermudah Kerja Team Mekanik Darat apabila terjadi kerusakan
- Mempermudah kerja Biro Classifikasi dalam melakukan survey
- Mempermudah Penyusunan Rencana kerja ketika kapal akan melakukan docking
- Lebih cepat mengantipasi apabila ada kerusakan di tengah pelayaran.
Demikian Uraian
singkat tentang pengalaman kami
, intinya adalah perencanaan perawatan dan
pelaksanaanya sangat penting di atas kapal. Dengan rencana perawatan yang
konperhensif yang meliputi semua komponen termasuk pembersihan tanki secara
berkala dan terencana maka kejadian mesin black out di tengah laut seperti yang
kami alami dapat terhindarkan.Untuk lebih jelasnya mari kita sama – sama
membaca kembali buku pegangan tentang ISM code agar kita bisa mengetahui lebih
detil apa – apa yang tersusun dalam ISM code sehingga menjadi pegangan kita
untuk melaksanakan kerja di atas kapal sesuai dengan tugas dan wewenangnya
masing - masing.
Salam
2 comments:
Kira2 aplikasi untuk ini namanya apa ya? Dan di mana bisa saya dapatkan?
Terima kasih
aplikasi buatan Indonesia sekarang sudah ada namanya. PMS CI8 Pak.
www.indonesiamarinehome.com
Post a Comment