Saturday, August 09, 2008

Ubur-Ubur Sang Primadona

Ubur-ubur [chysaora quinquecirrha] adalah sejenis binatang laut dalam kelas Scyphozoa. Tubuhnya berbentuk payung berumbai dan dapat menyebabkan gatal yang tak terhingga apabila tersentuh kulit kita.


Dahulu binatang bertubuh lembek ini paling dibenci nelayan karena selain tidak laku jual tubuhnya kerap mengganggu [menyangkut] jaring para nelayan sehingga membuat jengkel dan harus extra hati-hati ketika menarik jaringnya karena kalau terpegang ubur-ubur tangan jadi panas dan gatal.

Tapi kini bagi masyarakat Pagatan kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan yang mayoritas penduduknya nelayan, ubur-ubur menjadi tangkapan primadona.
Menurut salah satu nelayan yang saya temui hasil ubur-ubur ini dijual seharga Rp 15000/baket [sekitar 11 biji ubur-ubur] kepada pengepul di Muara Pagatan. Sehari mereka bisa mendapatkan hasil tangkapan sampai 50 baket, tentu hasil yang memuaskan di saat hasil tangkapan ikan mulai berkurang.

Mereka berburu ubur-ubur berangkat dari rumah pagi-pagi buta dan pulang menjelang magrib. satu perahu di tumpangi oleh tiga orang, satu orang mengemudikan perahu dan yang dua orang menangkap ubur-ubur dengan alat khusus yang terbuat dari bambu yang di desain seperti gayung agar mudah untuk menangkap ubur-ubur tersebut.

Binatang laut ubur-ubur yang hampir 95 % tubuhnya berbentuk air ini konon di ekspor ke negara jepang.
Dengan berkelompok lebih 70 perahu masyarakat Pagatan ini Berlomba-lomba mengumpulkan ubur-ubur.
ketika saya tanya kenapa tidak mencari ikan saja mereka menjawab bahwa munculnya ubur-ubur secara besar-besaran itu tidak bisa di prediksi bahkan mereka terakhir memanen ubur-ubur secara besar-besaran pada tahun 2004.

Tahun ini mereka mengulang sukses kembali.
Dalam satu hari rata-rata satu perahu mendapatkan 50 baket bahkan lebih dan apabila di uangkan sebesar Rp 600.000 dipotong biaya BBM dan makan sebesar Rp 100.000 mereka mendapatkan bagian Rp 500.000 dibagi untuk tiga orang. " ya lumayan mas bisa buat tambah kebutuhan rumah tangga," kata salah satu nelayan yang saya temui.

Ketika saya bertandang ke salah satu pengepul di daerah muara pagatan saya melihat begitu banyak ubur-ubur ditampung dalam bak-bak besar dan ratusan baket. Biasanya nelayan menjual ubur-ubur pada waktu menjelang malam hari selepas mereka melaut.

oleh pengepul dari muara pagatan ubur-ubur itu di simpan sementara karena malamnya pengepul besar akan mengambil dengan truk besar yang di desain khusus untuk mengangkut ubur-ubur dan di bawa ke Banjarmasin selanjutnya oleh pengepul besar ubur-ubur itu di olah agar awet untuk di ekspor ke negara jepang. Konon ubur-ubur ini dijadikan bahan untuk membuat keramik tahan api, campuran makanan khas jepang dan salah satu bahan baku kosmetik.

Ubur-ubur yang dulu di remeh temehkan oleh nelayan kita kini menjadi primadona bagi nelayan khususnya masyarakat nelayan pagatan yang akhir-akhir ini semakin susah mendapatkan hasil tangkapan ikan di laut karena padatnya lalulintas laut oleh tug boat yang menarik tongkang batubara.

No comments: