Thursday, March 10, 2011

Zubaidah Maafkan Aku..

Siang itu aku baru bangun dari tidur siangku setelah mendengar bunyi hpku yang berdering karena kakak iparku menelpon untuk minta di jemput di sebuah mall. Aku langsung bergegas cuci muka dan mengambil kunci mobil untuk segera memenuhi permintaan kakak iparku  yang sepertinya terburu - buru. 

Mobil melaju dengan pelan karena pada siang itu bertepatan dengan hari pengumuman kelulusan anak SMU. Banyak anak - anak sekolah meluapkan kegembiraannya karena lulus dengan mengadakan konvoi di jalanan dengan bergerombol dan seolah - olah jalanan ini milik mereka sendiri jadi kami yang mengendarai mobil harus memberi jalan mereka.

Bruk.... tiba - tiba saya mendengar bunyi yang berasal dari belakang mobil yang aku kemudikan mengagetkan konsentrasi aku, tanpa pikir panjang aku menepikan mobil dan melihat apa yang terjadi. Setelah keluar dari mobil, aku melihat dua gadis yang memakai seragam SMU penuh dengan corat - coretan terjatuh di samping sepeda montornya. satu gadis bisa berdiri dan menepi namun yang satu masih duduk dan merintih kesakitan sambil memegang tangan kirinya. aku bergegas mengangkatnya dan bertanya apa yang di rasakan dia bilang tangan kirinya patah.

Setelah menelpon kakak ipar agar tidak menunggu aku dan menceritakan kejadian ini, aku angkat gadis itu dan memasukan ke dalam mobil dan di temani temannya aku antar mereka kerumah sakit daerah wahab syaharani. 
Setelah sampai di IGD dan setelah aku menyelesaikan segala admistrasi berkaitan data si korban, aku masuk keruang IGD untuk menengok keadan gadis yang saya tolong yang belakangan aku ketahui namanya zubaidah. Setelah pertolongan pertama selesai dan korban di pindah ke ruang perawatan aku menemui dokter jaga yang merawatnya du IGD dan dokter mengatakan korban harus segera di operasi karena pergelangan tangan kirinya patah. 

Setelah menyuruh temannya zubaidah untuk menelpon mengabarkan kepada keluarga zubaidah, aku coba untuk menanyakan apa keadaannya dan apa saja yang di butuhkan. Dia menangis dan berkata, terima kasih banyak mas , mas sudah baik mau menolong saya dan teman saya padahal saya yang menabrak mobil mas..Aku jawab," nggak apa - apa yang penting kamu ngak parah dan kamu yang sabar ya''.

 Aku penuhi kebutuhannya selama di rumah sakit dan setelah itu aku pamit untuk mengantar temannya  dan berjanji untuk besok ketemu lagi.. Aku kaget karena tiba -tiba berapa polisi lalu lintas unit laka mendatangi saya untuk menanyakan kejadian sebenarnya ketika saya tanya siapa yang melapor ke unit laka belaiu menjawab sudah menjadi kewajiban satpam rumah sakit untuk berkoordinasi dengan polrerta apabila terjadi kecelakaan yang korbannya mengalami patah atau parah.

Setelah menanyakan semua data aku dan Zubaidah serta surat - surat mobil dan sim , Bapak polantas aku antar ketempat kejadian bersama teman zubaidah untuk aku jadikan saksi. 
Di tempat kejadian aku di kagetkan sebuah pertanyaan polisi, di mana keberadaan sepeda montor supra fit yang di pakai korban? Sedang orang - orang yang waktu kejadian ramai dan mengamankan sepeda montor kini sepi nggak tahu keberadaannya. Aku shock.. betapa bodohnya aku karena terburu - buru menolong korban sampai lupa mengamankan sepeda montornya. Aku menjawab pertanyaan polisi dengan apa adanya bahwa aku tidak mengamankan sepeda montornya karena aku terburu - buru kerumah sakit untuk menolong korban. polisi sedikit mau memahami alasan saya. Ok ayo kita cari sama - sama dengan mendatangi rumah korban.

Dengan bantuan teman zubaidah akhirnya kami sampailah di sebuah rumah mewah berarsiktektur etnik dengan di sekelilingi pagar yang lumayan tinggi. Pak Polisi mencoba untuk membunyikan bell yang menempel di pintu  pagar berkali - kali namun nggak ada tanda - tanda yang akan membukakan pagar. Selang lima belas menit keluarlah seorang pemuda yang gagah  membukakan pintu pagar dan menanyakan kepentingan kami datang kerumahnya. Dengan bijaksana dan tutur kata yang sopan salah satu dari polantas menjelaskan keperluannya kesini dan menceritakan kejadian yang di alami oleh salah satu keluarganya. Tanpa menyuruh kami masuk si pemuda itu bilang tunggu saya panggil mama dulu.
Selang beberapa menit keluarlah seorang ibu separuh baya dengan muka yang tidak bersahabat dan suara keras mengatakan, " kami tidak peduli dengan apa yang di alami zubaidah, anaknya keras kepala dan berkali - kali saya bilang jangan pakai sepeda montor e.. malah diam - diam membawa sepeda montor ke sekolah." Ok kesampingkan dulu masalah itu bu," jawab salah satu polantas," sekarang anak ibu di rumah sakit dan butuh pertolongan." lanjutnya. Saya nggak mau tahu dia itu pembantuku dan besok keluarganya saya suruh kesini sekarang sudah nggak ada keperluaan lagi dengan saya jadi kalian boleh meninggalkan rumah saya besok silakahkan tunggu di kantor polisi biar keluarganya yang mengurusi, jawabnya dengan logat yang penuh dengan kesombongan. 

Dengan perasaan dongkol dan dikit mengerutu kami akhirnya meninggalkan rumah mewah itu, kami kembali menuju ke TKP untuk mencari tahu keberadaan sepeda montor sufra fit yang di pakai oleh korban. Setelah tanya sana - sini akhirnya ada titik keberadaan montor itu, ternyata montor itu di amankan oleh seorang aparat TNI dan di serahkan ke tempat pengurus RT setempat. Kami mendatangi rumah ketua RT dan ternyata montornya sudah di ambil sama keluarga korban tanpa sepengetahuan pak RT dan yang menyerahkan istri dari pak RT tersebut.
Dengan putus asa akhirnya kami menyerah dan dan kembali ke kantor polresta setelah dibikin BAP  tentang kronologi kejadian aku di perkenankan untuk pulang. Hanya sim dan stnk yang di tahan dengan meninggalkan no hp yang bisa di hubungi sewaktu - waktu jika di butuhkan. 

Pagi sekali aku bangun... hem capai banget rasanya. Tepat pukul 10 pagi aku dan kakak ipar membesuk zubaidah di rumah sakit dengan membawa bubur ayam dan selimut. Aku tanya tentang keluarga dia dengan menangis dia bercerita bahwa dia berasal dari kab Pasir dan di samarinda dia ikut tantenya atau  adik dari bapaknya untuk sekolah di samarinda dan dengan biaya tantenya, dia cerita semua yang di alaminya selama tinggal di rumah tantenya. Dia di kekang dan selalu di marahi serta di batasi kebebasannya aku dan kakak iparku terenyuh mendengar semua ceritanya. Kami coba untuk membesarkan hatinya.

Sebelum kami pulang kami menemui dokter yang merawat zubaidah, beliau bilang bahwa harus segera operasi untuk pemasangan pen di pergelangan tangannya. Kami menanyakan kesiapan  doker dan besaran biaya yang di butuhkan. Dokter merinci dan memberi istimasi sekitar sembilan juta semuanya. setelah menanyakan semua dan serasa kami cukup mengerti akhirnya aku ke kantor polisi untuk konsultasi tentang biaya serta ijin dari keluarga zubaidah untuk melakukan operasi bedah tulang seperti yang di inginkan dokter. 

Perwira jaga di satuan unit laka  menyarankan aku untuk mendatangi tantenya guna konsultasi mengenai kelanjutan perawatan zubaidah karena janji tante zubaidah yang akan mempertemukan orang tua zubaidah tidak terpenuhi.
Tanpa pikir panjang aku meluncur ke rumah tante zubaidah setelah ketemu dan melakukan pembicaraan yang alot dan tidak menemukan titik temu akhirnya aku di janjikan untuk bertemu dengan keluarga zubaidah besok atau lusa. Aku menemui perwira jaga dan menyampaikan semua yang aku dan tantenya zubaidah bicarakan akhirnya, akirnya polisi menyarankan untuk menunggu kedatangannya keluarga zubaidah seperti yang tantenya janjikan.

Hari ini adalah hari yang di janjikan oleh tante zubaidah untuk mempertemukan orang tua zubaidah kepada kami tetapi sampai pukul lima sore nggak ada kabar dari tante dan pihak kepolisian. Aku coba hubungi tantenya lewat hp tapi nggak di angkat dan pihak kepolisian juga belum tahu dan menunggu besoknya lagi. Hari ini aku sengaja nggak membesuk zubaidah di rumah sakit pikir aku besok saja sama - sama keluarganya.

Pagi sekali aku bergegas kerumah sakit dengan membawakan bubur ayam untuk zubaidah dan sekalian ingin menunggu keluarganya yang datang dari kab pasir. Namun betapa kagetnya aku ketika zubaidah tidak aku temukan di bangsalnya, setelah aku cari dan tanya pihak perawat, mereka menjawab bahwa keluarga zubaidah membawa zubaidah ke kampung untuk pengobatan tradisional di kampungnya. Dengan perasaan kacau aku mendatangi ke unit laka dan menceritakan masalah ini... dan dengan bijaksana polisi menjawab,'' biarlah ton .. kamu kan sudah berusaha untuk betanggung jawab tetapi pihak korban tidak mau ya sudah. mereka memang kemarin kesini minta ijin untuk membawa zubaidah pulang untuk di rawat sendiri di kampungnya. aku menghubungi kamu tapi Hp kamu nggak aktif dan yang saya prihatinkan keluarga zubaidah memang orang yang tidak mampu bahkan maaf bapaknya tuna daksa itulah kenapa saya nelpon kamu biar kamu bisa sedikit membantu meringankan bebannya namun hp kamu tidak aktif dan keluarga zubaidah memang nggak mau di bantu karena ketika saya minta alamatnya mereka tidak mau memberinya." Mendengar penjelasan dari pihak kepolisian itu aku semakin merasa bersalah... semoga suatu saat aku bisa bertemu dengan keluarga zubaidah dan meminta maaf....


No comments: