Saturday, January 22, 2011

Tiada Musuh Abadi

Kata orang masa yang indah itu adalah masa – masa kita SMA dulu. Dan aku merasakan benar adanya walau mungkin tidak seindah orang lain. Masa indah itu saya habiskan di sebuah SMA swasta yang statusnya di samakan dan lumayan favorit di kotaku. Sebuah SMA yang letaknya beberapa ratus meter dari rumahku. Kata emakku sekolah saja di situ jangan jauh – jauh ngirit transportasi dan kalo istirahat bisa pulang makan hehehehe


Selepas SMP aku seperti ogah – ogahan mendaftar di tingkat yang lebih lanjut, ogah – ogahan bukan berati aku malas sekolah atau aku ogah mikir tapi takut emakku nggak bisa membiayai sekolahku kelak. Aku merasa kasihan dan tidak ingin menjadi beban emakku yang seorang single parent , untung kakakku sanggup membiayai sekolah aku dan keputusan itu ada di saat sekolah negeri sudah menutup pendaftaran siswa barunya. Jadi terpaksa deh sekolah di sekolah swasta. Perlu di ketahui hehehe jelek – jelek gini waktu SMP aku lumayan pinter sayangnya agak badung hehehe.

Kebingungan semakin bertambah ketika aku harus memutuskan untuk memilih SMA umum atau kejuruan. Dan ya itu tadi akhirnya ada salah satu sepupuku yang yang tanpa sepengetahuan aku mendaftarkan aku di sekolah SMA swasta yang lokasinya masih dekat kampung aku. Biar SMA swasta namun lumayan favorit dan banyak peminatnya khususnya dari kalangan menengah ke atas... kecuali aku tentunya hehehe.

Hari itu adalah hari terakhir pendaftaran untuk penerimaan siswa baru. Kampung aku yang dekat dengan beberapa sekolah tingkat SMA ramai di buatnya. Banyaknya anak yang lalu lalang mendaftar sekolah keramaian inilah yang di manfaakan anak – anak kampung aku berbuat iseng untuk meminta jatah preman termasuk aku kepada anak - anak yang akan mendaftar.


Hehehe lumayan jadi ajang mencari uang maklum kumpulanku adalah anak – anak preman kampung. Pagi itu ramai anak yang mau mendaftarkan SMA.. sebagian ada yang di antar orang tuanya sebagian ada yang datang sendiri atau bersama temannya. Yang datang sendiri dan bersama teman inilah yang menjadi sasaran empuk aku dan teman – teman.

"Hay... anjing," kataku keras ketika ada anak yang melawan saat aku mintai uang. " Siapa yang kamu jadikan beking atau kamu pingin mampus ya? kamu nggak tahu siapa kami atau matamu sudah buta hey? Sekarang kamu kasih kami uang atau muka kamu aku bikin memar?" kataku lagi dengan pasang muka sangar hehehe padahal baru kali ini aku beranikan diri untuk belajar memalak hem... kalau emak aku tahu pasti beliau malu dan marah besar melihat kelakuan aku.

"saya nggak mau kasih" jawabannya dengan lantang dilontarkannya, di luar dugaan kami. " kamu boleh memalak yang lain tapi kalau sama saya jangan. Karena kamu akan menyesal kalau kamu tahu siapa saya " lanjutnya. Merasa dia melawan, tanpa ada yang mengomando anak ini kami jadikan bulan – bulanan, kami pukul ramai – ramai sampai berdarah – darah, untung ada sebagian orang yang melerai dan dia bisa lari dari kami. Sambil berteriak mengancam dia bilang akan balas semua kelakuan kami.

Tidak sampai dua jam dia datang lagi kali ini dia datang bersama teman – temannya berjumlah puluhan, dengan mengunakan truk dan beberapa sepeda montor dan bersenjatakan bermacam – macam jenis senjata tajam mereka mencari kami. Melihat jumlahnya yang tidak seimbang kami lari pontang panting mencari selamat masing – masing dan alkamdulilah tidak ada yang tertangkap karena kami di amankan oleh orang kampungku dan ternyata selidik punya selidik anak yang kami pukulin ramai – ramai itu adalah putra salah satu preman ternama di kota pati.

Demi Alloh kapok di buatnya ketika melihat orang sanggar – sanggar berlari sekuat tenaga dan seolah ingin membunuh kami. Ini adalah pengalaman aku yang pertama dan terakhir menjadi seorang preman kampung karena sejak itu aku tidak lagi berteman dengan anak – anak preman yang berada di kampung aku Selain itu karena masa liburan sekolah sudah usai jadi waktuku tidak lagi ada untuk mereka.

Hari pertama sekolah rasanya canggung sekali apalagi memakai celana panjang hehehe ya ini adalah pengalaman pertama aku memakai celana panjang untuk sekolah. Mengasikan dan sedikit malu.


Setelah masa orentasi siswa selesai saat yang di tunggu – tunggu datang yaitu pengumuman seleksi penentuan kelas. Kenapa di tunggu – tunggu karena penentuhannya berdasarkan besarnya nilai evaluasi murni nasional SMP dan tiga kelas terbaik masuk di kelas pagi. Dan hasilnya ternyata aku terpilih di kelas 1- 4 dari semua kelas yang jumlahnya 11 kelas, ini artinya selisih sedikit aja dengan kelas pagi.. ya tak apalah malah enak masuk siang malamnya bisa begadang

Bell sekolah berbunyi tepat di pukul 12.30 teng ini berarti tandanya kami harus masuk kelas. Seperti yang lainnya aku masuk kelas dan tiba – tiba terdengar suara lantang tepat di telingaku " hay anjing... pengecut kau.. sekarang saatnya saya membalas apa yang pernah saya rasakan kemarin " dengan spontan saya menengok sumber suara itu dan ternyata dia adalah anak yang kami palak dan pukulin ramai – ramai tempo hari. 


Aku kaget bukan kepalang teryata anak itu menjadi teman satu kelas aku... ya teman satu kelas aku suyitno namanya panggilannya tuyek anak seorang preman yang sangat di segani di kotaku. Aku diam saja dan takut sekali karena jujur aku orangnya penakut dan tidak berani berkelahi.. waktu SD saja setiap di jailin teman sebaya, aku hanya diam dan kalau terlalu aku paling hanya menangis.

" nanti pulang sekolah kita selesaikan berdua, saya tunggu awas kalau kamu tidak mau datang" tantangnya lagi memudarkan ketakutanku. " ya di mana? '' jawabku pelan. " di stadion kita berangkat sama – sama jangan membawa teman " katanya dengan bengis.

Jam pelajaran di hari pertama masuk sekolah aku ikutin dengan perasaan kacau dan selalu memikirkan apa yang terjadi ketika ketemu orang yang pernah kami pukulin ramai- ramai itu. Perasaan menyesal dan bersalah menghantui aku. Sambil sesekali melihat raut muka dia, aku bertekad untuk meminta maaf dan pasrah kalau memang dia mau memukul aku sesuka dia karena memang aku yang salah.Dengan perasaan galau aku ikutin kemauannya aku datangin tempat yang sudah di tentukan.

Stadion pragolo senja itu sangat sepi dan dengan segala keberanian aku aku hampirin dia yang sudah dulu sampai di stadion terbesar di kota pati itu.

Aku sapa " hay... apa mau kamu?'' tanpa menjawab dia langsung memukul dadaku " Uff..." aku sengaja tidak membalas.

" kenapa kamu tidak membalas hay... pengecut kamu beraninya keroyokan ayo tunjukan nyalimu kita single.. di sini mungkin tidak ada yang melerai jadi kita bisa berkelahi sepuasnya" Cerocos dia.

Sambil menahan sakit aku coba untuk berkata," yek.. maafkan kesalahanku aku benar – benar minta maaf atas kesalahanku yang kemarin. Sebagai rasa bersalahku pukullah aku sepuasnya tapi setelah itu maafkan dan jangan ada balas dendam lagi karena dari lubuk hati yang paling dalam aku orangnya tidak suka berkelahi terserah kamu mau bilang apa, mau kau anggap pengecut atau apaplah. Please yik maafkan aku.. " pintaku lagi.

" Ok ku turutin permintaanmu" katanya sambil memukul perutku. Demi rasa bersalahku aku diam saja hingga akhirnya dia berkata " ceng... sebenarnya saya juga takut dan tidak punya nyali untuk berkelahi, walaupun ayah sa ya seorang yang di takutin di kota pati. Sebenarnya kemarin juga aku nggak ingin membalas kelakuan kamu dan teman - teman kamu tapi karena ayah melihat saya berdarah – darah ayah nggak terima sehingga menyuruh anak buahnya mendatangin kalian. Apa arti keberanian kalo hanya untuk berkelahi. Saya juga muak degan kelakuan ayah saya. Ok saya maafkan kamu tapi ingat jangan ulangi lagi kelakuan sok jagoan itu. Mentang- mentang sekolahan kita dekat kampungmu kamu mau jadi jagoan. Sanggupkan kamu?" bentaknya.

Dengan hati sedikit lega aku menjawab . '' Ok sanggup yik aku memenuhi permintaanmu dan aku tidak akan menjadi sok preman lagi,'' sambil aku ulurkan tangan ke tangan dia lalu kami bersalaman dan saling berpelukan lalu kami saling berpamitan karena memang waktu lepas magrib tiba.

Setelah hari itu kami malah menjadi teman akrab dia sering curhat mengenai beberapa hal mulai dari permasalahan keluarga, rasa ketergantungan dengan narkoba dan bahkan masalah perempuan. Aku berusaha menjadi sahabat yang baik dengan membantu semampuku memberi saran atau nasehat bahkan PR di sekolahnya kerab aku yang mengerjakannya. 


Pertemanan ini aku lakukan dengan tulus dan tanpa pamprih. Kemana – mana kita selalu berdua baik suka dan duka. Pokoknya soulmate banget deh. Dia sering menitipkan sepedanya ke rumahku dan kita jalan bareng ke sekolah. Di kelas dia juga teman satu bangku dan teman yang pertama yang aku kenal di kelas 1-4 ini. Orangnya baik dan orang tuanya juga lumayan berada, dia yang malah sering traktir aku. Anaknya dermawan namun agak begal dia juga di sukai temen - teman perempuan karena kegantengannya. Namun sayang dalam hal pelajaran di kelas dia agak sedikit kurang pintar. Kami bersahabat hingga lulus SMA walau kelas dua kami berbeda jurusan namun kebiasaan titip montor dan jalan bareng ke sekolah tetap kami lakukan sampai lulus sekolah.

Hari itu tepat hari penerimaan Ijasah aku dan tuyek sengaja mengadakan acara night from party di sebuah cafe di kota kudus... ya karena besok aku harus ke samarinda aku mendapat bea siswa dan ikatan kerja di PT KLI semarang untuk mengikuti Diklat HTI (hutan tanaman industri) di Kanwil Kehutanan kaltim di samarinda selama 7 bulan. Malam itu banyak yang kita bicarakan tentang cita – cita dan harapan ke depan kita berdua dan berikrar kemanapun kita persahabatan kita tidak putus.

" Ceng semoga kamu sukses di tanah rantau ya .. jangan lakukan hal – hal negatif ingat kamu di kampung orang jangan samakan di kampung sendiri. Jangan coba- coba narkoba cukup aku saja yang merasakan karena sekali kamu mencoba maka susah kamu melepasnya." Pesan itulah yang selalu aku ingat dari dia sampai sekarang.

Aku juga menasehati dia agar bisa lepas dari ketergantungan narkoba dengan mengikuti rehabilitasi di rumah sakit.. dan mulai menata hidup yang lebih baik. Malam itu bener malam yang menyedihkan aku harus berpisah dengan orang yang selama tiga tahun menjadi sahabat.. selama tiga tahun selalu bertemu setiap hari rasanya berat sekali meninggalkan dia.  Betul – betul berat rasanya tapi aku memang harus meninggalkan kota pati karena peluang beasiswa dan ikatan kerja di PT KLI ini adalah kesempatan aku membantu meringankan beban emak karena kalau aku kuliah itu tidak mungkin terjadi. Ya aku harus pergi meninggalkan kota pati dan meninggalkan orang – orang yang aku cintai

Pagi di halte puri aku di antar oleh suyek untuk naik bis ke surabaya selanjutnya terbang ke balikpapan. " ati – ati ceng.'' Itu kata terakhir yang di ucapkan sama dia. Ya terakhir karena setelah 6 bulan aku mengikuti diklat aku mendengar dari teman SMA aku yang lain kalau tuyik meninggal dunia  karena over dosis obat terlarang di kostnya di semarang. Terakhir aku dengar dia kuliah di sebuah univertas swasta di bilangan jalan kali gawe Semarang. 


Sedih mendengar berita itu.... tapi sayang aku tidak bisa mengantarkan dia ke tempat istirahatnya yang terakhir.. selamat jalan sobat semoga Alloh menempatkan kamu di tempat yang indah di sisiNYA dengan mengampuni segala dosa - dosamu.

Aku akan selalu mengingat dan merindukan kebersamaan kita....


 

No comments: