Seseorang yang mungkin saat ini sedang merasakan gulana atas sikapku.
Kuakui aku memang seorang laki - laki pengecut.
Seorang laki - laki yang terlalu banyak mengambil pertimbangan ketika harus memutuskan keputusan berharga dalam hidup ini.
Ternyata kekerdilan hati ini yang tak kunjung memberi keputusan itu membuat orang terkasih tersakiti.
Maka apakah pantas ketika aku harus mengharapkannya kembali.
Rasa kehilangan dirinya ini aku rasakan bagaikan aku kehilangan cakrawala pagi yang dirampas oleh sang mendung.
Gemuruh irama jantung ini beriak begitu tak beraturan ketika aku tidak bisa mendengar suaranya lagi.
Kesedihan malam ini juga begitu terasa bahkan sang bintang malampun ikut larut didalamnya dengan enggan memancarkan kilaunya takala tidak ada lagi terdengar canda tawa darinya.
Kemana gerangan puan? Apakah ia sakit? Atau ia menghindar dan menjauh dari aku ketika aku tidak jua memberi kata mufakat?.
Kalau memang ia sudah mengambil keputusan itu oh angin malam tolong kabarkanlah pada diriku agar aku lapang menerima keputusan darinya itu. Karena memang pantas aku menerima keputusan itu.
Tapi harus dia tahu bahwa dibalik keteguhan sang surya yang menampakan sinarnya di dalam sembilunya juga terasa teriris takala harus kehilangan dirinya
No comments:
Post a Comment